Desa
Sei Siur

Login Admin
Statistik Pengunjung
Info Aplikasi
SEI SUR ADALAH DESA MAJU DAN MANDIRI DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU DESA SEI SIUR MENUJU MAJU, MANDIRI DAN SEJAHTERA

Info

Out of Topic

SEJARAH TELUK HARU (WILAYAH SEKARANG MERUPAKAN PANGKLAN SUSU DAN 5 KECAMATAN LAIN DISEKITAR)

SEJARAH TELUK HARU DAN KERAJAAN HARU

Oleh: Teuku Dahlan Shah

 

PERTAMA KALI DIDIRIKAN DI BARUMUN

Teluk Haru adalah sebuah wilayah yang terletak di kawasan selat melaka, kalau sekarang berada di kabupaten langkat provinsi sumatera utara atau lebih tepatnya meliputi beberapa kecamatan yang berada di kabupaten langkat dintaranya adalah, pangkalan susu, babalan, gebang, besitang, pematang jaya, brandan barat dan juga sei lepan.

Kerajaan Haru awalnya bukanlah berada di daerah Teluk Haru ini, namun Kerajaan Haru awalnya berada di daerah bernama Barumun di sumatera utara.

Kerajaan Haru ini awalnya ketika masih di Barumun bukanlah sebuah kerajaan Islam, yakni kerajaan ini menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan sebagian masyarakat juga sudah ada yang mulai beragama hindu.

Kerajaan ini berdiri sekitar dari abad 10 – 11 M di daerah Barumun tersebut. Namun pada masa awal pendirian kerjanaan haru yang berda di Barumun ini terjadi sangat banyak masalah baik itu datangnya dari masalah internal maupun eksternal. Masalah internal diantaranya adalah kondisi geografisnya yang sangat kurang menguntungkan untuk menguasai jalur maritim, dimana di masa yang sama sebuah kerajaan maritim yang berdasarkan agama Islam sudah sangat menguasai dan mendominasi perairan selat melaka yang bernama kerajaan Islam Peureulak. Demi mengembangkan perekonomian mampu bersaing dengan kerajaan yang menguasai kawasan selat melaka, maka pendiri Kerajaan Haru ini berpikir bagaimana akan dilakukan untuk tujuan ini. Selain itu ada juga dari faktor eksternal yakni dengan adanya serangan dari kerajaan sriwijaya sehingga memperkuat keinginan Kerajaan Haru untuk dapat pindah dari Barumun kewilayah lain.

 

PINDAH KE DAERAH YANG BERNAMA TELUK HARU

Akhirnya pada tahun 1225 M maka pindahlah Kerajaan Haru ini wilayah yang sekarang bernama Teluk Haru atas dasar faktor internal dan eksternal tersebut. Perpindahan ini bukanlah suatu perkara yang mudah, melainkan perkara rumit, mengingat ada begitu banyak aset kerajaan yang yang harus di ikut sertakan didalam proses perpindahannya. Di daerah Barumun sendiri menyisakan beberapa sisa arkeologis berupa patung-patung dan bekas-bekas pondasi lainnya juga.

Setelah kepindahannya ke wilayah yang sekarang bernama Teluk Haru, kerajaan ini memilih tempat yang masuknya melalui laut yang berada di wilayah pangkalan susu, lalu melewati tanjung yang bernama tanjung selamat, masuk lagi melalui sungai lalu menuju daerah atau tempat yang bernama sekundur (besitang), lalu disitulah berdirinya Kerajaan Haru yang berada di Teluk Haru ini setelah kepindahannya dari daerah Barumun. Kawasan pemukiman di kawasan Kerajaan Haru ini diberi nama kawasan sipinang yang berada kurang lebih 20 km dari pinggir sungai di sekundur mengarah ke hutan gunung leuser. Di kawasan sipinang ini menurut beberapa narasumber yang pernah berkunjung langsung kesana juga ada beberapa bukti arkeolog berupa patung-patung juga beberapa pondasi sisa Kerajaan Haru yang berada di Teluk Haru ini.

Untuk raja yang membawa dan mendirikan Kerajaan Haru yang berada di Teluk Haru ini tidaklah diketahui siapa nama pendirinya karena tidak adanya sumber data manuskrip yang cukup akurat untuk dijadikan sumber rujukan.

Perlahan namun pasti kerjaan haru yang berada di Teluk Haru ini tumbuh menjadi kerajaan yang mulai di akui oleh kerajaan lain dan secara perlahan mulai meramaikan kekuasaan maritim perdagangan di selat melaka, khususnya Teluk Haru. Masyarakatnya juga semakin hari semakin ramai, namun dari masyarakat haru ini tidak semuanya menjalani roda perekonomian secara lurus, ada banyak juga beberapa kelompok dari masyarakat haru yang berada di Teluk Haru ini menjadi perompak. Masyarakat Kerajaan Haru merompak selain karena untuk kebutuhan hidup, juga untuk menimbulkan rasa takut dari kerajaan lain karena banyak perompak (bajak laut) sehingga mengurungkan niat kerajaan lain untuk berdagang dan melewati wilayah tersebut karena takut akan perompak sehingga wilayah kekuasaan mereka di selat melaka semakin meluas karena hal kotor ini. Namun tidaklah semua masyarakat Kerajaan Haru ini adalah perompak seperti yang disebutkan oleh TOMI PIRES (penjelajah/penjajah Portugis) dalam bukunya berjudul suma orienta, bahwa semua masyarakat Kerajaan Haru adalah perompak, padahal sebagian besar masyarakat Kerajaan Haru adalah nelayan dan juga pedagang, bahkan masyarakat yang bertempat tinggal di dekat sekitar istana (SIPINANG) ini ada juga yang sudah mulai melalukan kegiatan pertanian meskipun tidak terlalu berkembang seperti di wilayah lainnya seperti Peureulak di Aceh timur.

 

ISLAM MULAI MASUK DIBAWA OLEH PEUREULAK

Antara dari tahun didirikannya Kerajaan Haru di Teluk Haru ini yakni pada tahun 1225 M, berjalan normal dengan tidak adanya perang besar terjadi, bahkan juga menjalin hubungan multilateral dengan kerajaan lain yang berdadan juga menguasai selat melaka yakni Kerajaan Tamiang, Peureulak dan juga Samudera Pasai dan juga secara perlahan agama Islam yang awalnya hanya berkembang di wilayah Peureulak dan Samudera Pasai mulai diikuti oleh sebagian kecil masyarakat Kerajaan Haru ini, namun hanya sangat kecil angka persentasenya. Kerajaan Haru bahu-membahu membangun perdagangan yang ada di selat melaka dengan kerajan-kerajaan tersebut sehingga selat melaka menjadi daerah yang sangat sibuk dan ramai dikunjungi oleh para pedagang ataupun penjelajah asing dari berbagai wilayah dan penjuru dunia.

 

SERANGAN OLEH MAJAPAHIT

Namun semua keadaan kondusif tersebut buyar ketika pada sekitar tahun 1350 M kerajaan Majapahit ingin menguasai seluruh nusantara termasuk Teluk Haru yang berada diselat melaka bahkan mahapatih gajah mada (panglima perang Majapahit) sampai menyebutkan nama kerajaan Teluk Haru dalam sumpahnya yang dikenal sebagai sumpah palapa.

Sebelum datangnya kerajan Majapahit, Kerajaan Haru yang telah menjalin hubungan baik dengan beberapa kerajaan seperti Tamiang, Peureulak dan juga Samudera Pasai kembali menjalin komunikasi untuk membentuk suatu gabungan pasukan atau pasukan koalisi bersama untuk mencegah wilayah Kerajaan Haru dan juga kerajaan lainnya tadi dikuasai oleh Majapahit sehingga terbentuklah pasukan koalisi yang sangat kuat.

Pada awal kedatangannya, pasukan Majapahit tiba di pulau kampai (1351 M), darisanalah nama pulau kampai terbentuk, yakni berarti kampai (sampai), dimana memiliki maksud pulau pertama kali pasukan Majapahit sampai/kampai. Lalu dari pulau kampai pasukan Majapahit yang dipimpin oleh gajah mada ini berjalan lagi dan menyebrangi laut dan mereka tiba di besitang, sehingga juga mempengaruhi nama wilayah tersebut menujadi besitang, yang dimana bermaksud “pasukan berbaju besi datang” yang mana menjadi besitang.

Lalu pasukan Majapahit ini berjalan lagi menuju wilayah Aceh dikarenakan wilayah Teluk Haru ini memang sudah dikondisikan sedemikian rupa untuk di kosongkan atau di sepikan untuk mudah menuntun pasukan Majapahit ini sampai ke wilayah perang yang diinginkan oleh pasukan Kerajaan Haru beserta koalisinya, sampai tibalah pasukan Majapahit ini di wilayah yang bernama Manyak Payet, yang berada di tamiang.

 Kedatangan ini juga mempengaruhi nama tempat tersebut yang mana berrmaksud menyebut nama Majapahit, namun oleh aksen orang Aceh menjadi menyebutnya Manyakpayet sehingga sampai sekarang wilayah tersebut menjadi Manyakpayed. Setiba di manyak payet, pasukan Majapahit ini terkejut karena telah dinantikan oleh pasukan perang lawan yang sangat besar, peperangan sengitpun terjadi begitu dahsyatnya, pertempuran pun terus meluas hingga sampai ke daerah yang bernama Serang Jaya (Pematang Jaya), pertempuran di serang jaya ini juga lagi dan lagi mempengaruhi penamaan wilayah ini, karena bermaksud penamaan penyerangan yang jaya atau berhasil sehingga bernama Serang Jaya.

Karena ada sangat banyaknya korban baik dari pihak kerajaan majaphit maupun kerajaan Teluk Haru dan koalisinya, maka para korban ini kebanyakan tidak sempat dikebumikan dengan layak dan hanya di tumpuk-tumpuk seperti kayu, sehingga atas dasar kejadian ini, wilayah tempat ditumpuk atau di timbunnya mayat korban perang ini bernama Timbun Tulang. Dalam pertempuran yang sangat dahsyat ini, dijelaskan juga bahwa mahapatih Majapahit yang bernama Gajah mada tewas di Pertempuran yang terjadi di daerah Manyak Payet, Gajah Mada dikalahkan oleh panglima dari Kerajaan Tamiang bernama atau bergelar Panglima Hantom Manoe. Dijelaskan juga bahwa kepala dari Mahapatih Gajah Mada di bawa pulang ke jawa oleh pasukan Majapahit dan badannya dimakamkan di wilayah manyak payet.

 

JATUH KE TANGAN PORTUGIS

            Setelah penyerangan dari Majapahit ini, Kerajaan Haru menjalani kedaan seperti biasa sebelum munculnya musuh baru yang ingin menguasai seluruh selat melaka dari tangan kerajaan yang ada di sekitar selat melaka, adalah Portugis.

Portugis yang pada masa itu ber markas besar di Goa (India) secara perlahan namun pasti mulai menguasai dan mendominasi selat melaka dengancara peperangan. Portugis datang dengan senjata baru dan modern sehingga membuat kualahan Kerajaan Haru untuk dapat membendung kekuatan portgis ini, terjadi beberapa pertempuran di wilayah laut Teluk Haru sampai pada tahun sekitar 1520 M runtuhlah Kerajaan Haru ketangan Portugis.

Setelah berhasil menguasai wilayah Kerajaan Teluk Haru, Portugis melihat adanya potensi yang bagus di wilayah ini melihat dengan ada banyaknya tersedia sumber daya alam berupa pohon atau kayu di sekitar istana ( Sekundur/Sipinang) untuk membuat kapal dan meningkatkan armada laut dari Portugis. Portugis pun memerintahkah dan menawan masyarakat kerajaan Teluk Haru untuk membuat kapal sehingga perlahan mulai banyaklah armada perang laut dari Portugis dengan memanfaatkan sumber daya alam berupa kayu yang berda di kerajaan Teluk Haru. Dengan kekuatan armada laut yang semakin banyak, kemudian Portugis punmenyerang Kerajaan Samudera Pasai yang berada di Aceh utara, sehingga pada tahun 1521 M kerajaan Samudera Pasai pun runtuh diserang oleh Portugis.

 

JATUH KE TANGAN ACEH DARUSSALAM

Bahkan bukan hanya kerajaan Samudera Pasai saja yang jatuh ketangan Portugis, tapi juga hingga Pedir Dan Daya. Mendapati keadaan buruk ini, Sultan Ali Mughayat Syah (pendiri dan penyatu Kesultanan Aceh Darussalam) pada tahun 1522 M, memerintahkan panglima perang terkuatnya yang tidak lain adalah adik kandungnya sendiri yang bernama Sultan Ibrahim untuk menyerang dan membebaskan Samudera Pasai, Pedir Dan Daya dari jajahan Portugis, sehingga pada tahun 1525 Samudera Pasai, pedir dan daya pun bebas dari Portugis.

Lalu Portugis yang telah kalah di Aceh oleh Sultan Ibrahim mundur dan terus menguatkan pasukannya yang berada di markas di wilayah kerajaan Teluk Haru. Pertempuran antara Portugis yang bermarkas di kerajaan Teluk Haru terus terjadi di seputar laut selat melaka. Lambat laun kekuasaan dari kerajaan terus berganti baik itu dari Kesultanan Aceh Darussalam maupun dari Kerajaan Haru bahkan hingga akhrinya kekuasaan Kerajaan Haru dapat bekerjasama dengan Portugis dan tentu saja di peralat Portugis untuk melawan Aceh Darussalam.

Pada tahun 1538 M Kerajaan Haru bersama Portugis semakin terdesak oleh serangan dari kerajaan Aceh Darussalam akhirnya memilih mundur ke kerajaan Johor yang memang sudah dijadikan basis kekuatan juga oleh Portugis, masa itu Kerajaan Haru dipimpin oleh seorang ratu. Lalu kedatangan ratu dari Kerajaan Haru ini ke kerajaan Johor juga selain untuk melarikan diri dari serangan Aceh Darussalam, juga untuk meminta bantuan dari kerajaan Johor. Lalu raja Johor yang berkuasa pada saaat itu meminta syarat agar ratu dari Kerajaan Haru ini menikah dengan raja Johor dan terjadilah pernikahan tersebut, namun perlu ditegaskan dan dijelaskan semua kejadian antara Johor dan Haru ini adalah siasat licik daripada Portugis untuk mengadu domba kerajaan yang ada di selat melaka, dimana jika sesama kerajaan di selat melaka ini telah saling memerangi, maka Portugis bertujuan untuk mengambil keuntungan dari peperangan tersebut atau biasa disebut dengan politik pecah belah.

Setelah berhasil menguasai kerajaan Teluk Haru yang berisi doktrin Portugis (penjajah), Kesultanan Aceh Darussalam yang pada saaat itu di bawah pimpinan Sultan Alauddin Riayatsyah Al Qahar, memempatkan seorang putranya untuk menjadi wakil sultan atau raja muda di daerah kerajaan Teluk Haru ini, yang mana putra sultan Aceh tersebut bernama Sultan Abdullah (Abdullah Hud). Pada tahun 1564 M, gabungan kekuatan dari Kerajaan Haru, Johor dan Portugis yang bermarkas di Johor, menyerang kerajaan Aceh Darussalam yang berada di haru, atas serangan ini, kerajaan Aceh Darussalam pun mundur kembali untuk menyusun kekuatan kembali dan dijelaskan juga pada pertempuran ini, putra sultan Aceh yang menjadi raja muda di haru bernama Sultan Abdullah syahid di pertempuran ini dan dimakamkan di dekat istana Kerajaan Haru (sekundur atau besitang), beliau meninggalkan dua orang putra adalah:

  1. Sultan Mansyur Syah (ayah dari sultan Iskandar Muda) bin Sultan Abdullah bin Sultan Alaudin Riayat Syah Al Qahar
  2. Raja Sulaiman Syah bin Sultan Abdullah bin Sultan Alaudin Riayat Syah Al Qahar bin Sultan Ali Mughayat Syah.
  3. Raja Mahmud Syah Bin Raja Sulaiman Sultan Abdullah bin Sultan Alaudin Riayat Syah Al Qahar bin Sultan Ali Mughayat Syah.

 

Raja Sulaiman Syah bin Sultan Abdullah bin Sultan Alaudin Riayat Syah Al Qahar selamat dan ikut kembali ke Aceh dalam misi menyusun kembali kekuatan demi memukul kembali Portugis yang bergabung dengan Kerajaan Haru dan Johor.

Tidak berselang begitu lama, Kesultanan Aceh yang telah menyusun kembali kekuatan tempurnya yang juga di bantu oleh Kesultanan Turki Utsmani dalam hal tata cara pembuatan senjata dan meriam, juga beberapa ahli siasat/strategi perang dalam angkatan tempur Kesultanan Aceh Darussalam, kembali menyerang kekuatan Portugis yang bermarkas di Teluk Haru ini pada tahun 1568 M dan hasilnya Kesultanan Aceh Darussalam meraih kemenangan telak, berikutnya Kerajaan Haru dan kerajaan Johor yang di doktrin oleh Portugis dan bermarkas di kerajaan Teluk Haru ini kehilangan pimpinan mereka (raja) dan akhirnya Kesultanan Aceh Darussalam pun berhasil kembali menguasai kerajaan Teluk Haru. Lalu kemudian Kesultanan Aceh Darussalam pun di bawah pimpinan Sultan Alauddin Riayatsyah Al Qahar menempatkan anak dari Sultan Abdullah yang tidak lain adalah cucunya sendiri yang selamat dari serangan Portugis sebelumnya untuk kembali menjadi raja muda Aceh di wilayah Teluk Haru yakni Raja Sulaiman Syah bin Sultan Abdullah bin Sultan Alaudin Riayat Syah Al Qahar.

Kekalahan perang ini tidak bisa di terima begitu saja oleh Portugis, sehingga walaupum sultan dari Kesultanan Aceh Darussalam telah berganti, Portugis tetap menyerang kekuasaan Aceh di Teluk Haru ini. Tahun 1590 M, pada pertempuran berikutnya juga masa Sultan Aceh Darussalam sudah berganti yakni masa pimpinan Sultan Saidil Mukamil, putra Sultan Abdullah yang juga adalah ayah dari Sultan Iskandar Muda bernama Sultan Mansyur Syah syahid melawan Portugis di Pulau Kampai (Teluk Haru) dan juga dimakamkan di pulau kampai, adapun makam yang sekarang bernama makam Datuk Panjang Pulau Kampai adalah makam dari Sultan Mansyur Syah (ayah dari sultan Iskandar Muda). Sultan Iskandar muda sendiri pada masa ini tidak bersama dengan ayahnya, beliau yang masih anak-anak di didik dan dilatih di pusat Kesultanan Aceh Darussalam di Bandar Aceh Darussalam Dan Pedir. Selain ayah dari Sultan Iskandar Muda yakni Sultan Mansyur Syah, adapula suami dari Laksmana Keumalahayati yang syahid juga di pertempuran ini.

Lalu keturunan dari Raja Sulaiman Syah yang bernama Raja Mahmud Syah Bin Raja Sulaiman Sultan Abdullah bin Sultan Alaudin Riayat Syah Al Qahar juga menjadi penerus di wilayah Teluk Haru sebagai Raja Muda Kesultanan Aceh Darussalam dan pada masa beliau inilah barulah kuburan dari Sultan Mansyur Syah dan Sultan Abdullah dan juga Raja Sulaiman di berikan nisan yang bertipe nisan khas aceh yang di bawa langsung dari Kesultanan Aceh Darussalam. Sedangkan anak dari Raja Mahmud Syah Bin Raja Sulaiman Sultan Abdullah bin Sultan Alaudin Riayat Syah Al Qahar yang bernama Ratu Zakiatuddin Inayatsyah menjadi Sulthanah (Ratu) Aceh Darussalam ke III (1678-1688 M) nantinya.

 

 

PASCA TAKLUK OLEH ACEH DARUSSALAM & PINDAH KE DELI TUA

Setelah takluk dan kalah perang dari Kesultanan Aceh Darussalam, dan juga melihat tidak ada kemungkinan lagi untuk merebut wilayah Teluk Haru dari keuasaan Kesultanan Aceh Darussalam, maka sebagian para pembesar Kerajaan Haru memilih untuk kabur dan meninggalkan wilayah Teluk Haru dan memilih mendirikan kerajaan kecil di Deli Tua (Medan) dan juga dikatakan kerajaan ini bernama haru, namun Kerajaan Haru yang berda di deli tua ini tidaklah sehebat saat berada di Teluk Haru, bahkan ada beberapa sumber mengatakan Kerajaan Haru ini merupakan cikal bakal dari Kerajaan Deli, padahal ini salah besar karena Kerajaan Deli sendiri didirikan oleh Panglima Gocah Pahlawan Atau Pocut Hisyamuddin yang mana beliau adalah panglima perang dari Kesultanan Aceh Darussalam era Sultan Iskandar Muda (1632 M) dan beliau mendirikan Kerajaan Deli juga atas perintah dari Sultan Iskandar Muda untuk mengamankan wilayah Deli dari Kekuatan Portugis di sekitar selat Melaka.

Bahkan di wilayah Deli Tua yang didirikan Kerajaan Haru ini juga ditemukan sebuah bangunan yang berbentuk benteng dan kemudian dinamai Benteng Putri Hijau, walaupun sebenarnya kisah Putri Hijau hanya legenda dan benteng ini juga adalah peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam yang sempat kembali menguasai wilayah deli tua ini dan mendirikan benteng, karena saat dilakukan penelitian di benteng ini hanya ada terdapat bukti berupa senjata api peninggalan Aceh Darussalam sendiri. Karena semakin sempitnya kekuasaan dari sisa petinggi Kerajaan Haru akibat terus mendapat serangan dari Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian mereka yang tersisa memilih bergabung dengan Kerajaan Deli yang baru berdiri pada tahun 1632 M.

Lalu pada masa kekuasaan kerajaan deli diperintahkan oleh TUANKU PANGLIMA PARUNGGIT, para petinggi Kerajaan Haru sebelumnya ini yang masih memiliki dendam dengan Kesultanan Aceh Darussalam, mempengaruhi TUANKU PANGLIMA PARUNGGIT untuk memisahkan diri dari Kesultanan Aceh Darussalam sehingga terpisahlah kerajaan Deli dari Kesultanan Aceh Darussalam dan juga dikarenakan pada masa itu Kesultanan Aceh Darussalam telah mengalami kemunduran sejak wafatnya Sultan Iskandar Muda yang mana berikutnya dipimpin oleh Sultanah Safiatuddin Tajul Alam yang mana sebelumnya adalah suaminya, Sultan Iskandar Tsani.

Wilayah Teluk Haru sendiri terus menerus berada di bawah Kesultanan Aceh Darussalam sejak perang pada tahun 1568 M walaupun ada beberapa kali pergantian kekuasaan dan jenis pemerintahan seperti kedatukan dan juga di bawah Kesultanan langkat. Bahkan pada masa perang dengan belanda sekitar tahun 1858  Kesultanan Aceh Darussalam mengangkat seorang wali sultan di sumatera timur bernama TUANKU HASYIM BANGTA MUDA, beliau bekerja sama dengan SUTAN MAT SYEKH dari Kesultanan Langkat untuk melawan belanda. Untuk mempertahankan wilayah ini, mereka mendirikan basis pertahanan di kawasan Pangkalan Susu sekarang dan berpusat di pulau kampai yang merupakan kawasan Teluk Haru. Pulau Kampai dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi basis pertahanan yang kuat untuk menghadang gempuran musuh. Namun beliau tidak syahid di Teluk Haru, beliau kembali ke Aceh dan memimpin beberapa perang melawan belanda sehingga nama beliaupun sangat disegani belanda.

 

 

ZURIAT KESULTANAN ACEH DARUSSALAM YANG LAIN DITELUK HARU

Selain nama-nama yang telah disebut sebelumnya, juga ada sangat banyak pejuang dari Kesultanan Aceh Darussalam yang bermarkas dan syahid di Teluk Haru saat melawan belanda, diantaranya adalah:

  1. TEUKU MUDA LAMKUTA

Merupakan zuriat dari Kesultanan Aceh Darussalam melalui jalur ayah yakni nasabnya sampai kepada Raja Umar Bin Sultan Muda Muhyidin Bin Sultan Mukmin Sri Alam Bin Sultan Alauddin Riayat Syah Al Qahar. Beliau merupakan Uleebalang Langsa yang kelima dimana sebelum syahidnya beliau sempat melakukan perang beberapa kali dengan belanda di daerah Teluk Haru seperti Serang Jaya dan kemudian perjuangan melawan belanda ini diteruskan oleh anak dan keturunannya juga sekitar tahun 1900 M di Teluk Haru dan zuriat atau keturunannya masih ada sampai sekarang.

  1. TEUKU MUDA PANGLIMA

Merupakan zuriat dari Kesultanan Aceh Darussalam melalui jalur ibu yakni nasabnya sampai Putroe Meuh Keumala bin Muda Muhyidin Bin Sultan Mukmin Sri Alam Bin Sultan Alauddin Riayat Syah Al Qahar. Putroe Meuh Keumala sendiri menikah dengan Al Ghazi Al Amir Kaisyeri Pasha yang berasal dari turki, sehingga Teuku Muda Panglima ini juga memiliki nasab kepada Kesultanan turki ustmani. Beliau adalah uleebalang Sungai Yu pada awalnya, namun karena melihat belanda semakin merajalela beliau maju ke wilayah Teluk Haru untuk berperang di Teluk Haru, setelah beliau syahid di Teluk Haru, beliau dimakamkan di kecamatan pangkalan susu, dimana sekarang berada di desa sei siur. Lalu perjuangan beliau diteruskan oleh anak dan keturunannya sekitar tahun 1900 M juga, dan bahkan anak atau zuriat beliau masih ada sampai sekarang di Teluk Haru ini.

Sebenarnya ada banyak masih zuriat dari Kesultanan Aceh Darussalam yang berjuang di wilayah Teluk Haru ini, namun data dan manuskripnya sangat terbatas, dan hanya ini saja yang dapat di publikasikan dan di pertanggung jawabkan.

 

 

MAKAM DI HAMPARAN PERAK (KOTA RANTANG) ADALAH MAKAM HARU?

Ada komplek pemakaman dan beberapa nisan di daerah Hamparan Perak tepatnya di Kota Rantang. Ada sumber yang mengatakan bahwa ini adalah bukti jelas dari Kerajaan Haru, namun semua asumsi ini terbantahkan dengan jelas dan tegas setelah tim peneliti dari Aceh pada tahun 2020 melakukan penelitian di situs makam kota rantang ini. Dari hasil penelitian ini dijelaskan bahwa komplek pemakaman yang berada di kota rantang adalah nisan tolopogi Aceh atau lebih tepatnya Samudera Pasai (abad 13-16 M). Komplek pemakaman ini adalah jelas peninggalan Kesultanan Samudera Pasai dan bukan peninggalan Kerajaan Haru. Bisa disimpulkan bahwa pada sekitar abad 13 sampai dengan 16 M, Kesultanan Samudera Pasai secara berkelanjutan menguasai wilayah Kota Rantang dalam tujuan menyebarkan dakwah ajaran agama Islam di Sumatera Utara dan bukanlah milik Kerajaan Haru apalagi Kerajaan Haru yang pra Islam.

Selain makam di kota rantang, ada juga beberapa makam lain di daerah Medan Dan Stabat yang di klaim milik Kerajaan Haru atu Deli namun nyatanya adalah milik Kesultanan Aceh Darussalam dan Samudera Pasai.

 

 

BUKTI PENINGGALAN KERAJAAN HARU DI TELUK HARU:

  1. Peninggalan patung dan sisa pemukiman di wilayah Sekundur dan Sipinang (Besitang).
  2. Peninggalan makam Sultan Abdullah (Abdullah Hud) bin Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Qahar di pinggir Sungai Sekitar Sekundur (Besitang).
  3. Makam Sultan Mansyur Syah bin Sultan Abdullah (Abdullah Hud) bin Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Qahar. Yang mana dikenal dengan makam datuk panjang pulau kampai. Beliau merupakan ayah dari Pemimpin terhebat Aceh, Sultan Iskandar Muda. Makam ini terletak di dekat pelabuhan di Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu
  4. Keramat 44 Teluk Haru disekitar Teluk Haru.

Terdapat 44 makam dan situs keramat yang telah di data oleh beberapa kedatukan seperti Kedatukan Besitang dan zuriat Kesultanan Aceh Darusaalam.

  1. NAMA WILAYAH YANG TERJADI KARENA PERISTIWA

Ada banyak nama wilayah di Teluk Haru yang diberi berdasarkan peristiwa yang telah terjadi di wilayah tersebut seperti Serang Jaya, Pulau Kampai, Timbun Tulang, Tanjung Keramat, Besitang, Ketapang Negeri Haru dan lain sebagainya.

 

Menurut beberapa sumber dari pihak luar juga dikatakan bahwa Kerajaan Haru berada di seberang Pulau Sembilan, ini menjadi penjelasan sangat akurat karena sudah jelas Kerajaan Haru yang dimaksud adalah Kerajaan Haru yang berda di Teluk Haru (langkat) pada masa pihak asing tersebut datang dan mencatat terkait Kerajaan Haru. Namun selain itu ada juga sumber luar yang mengatakan bahwa haru berada di Aceh besar namun tanpa disetakan bukti yang kuat, di Aceh besar sendiri dari sekitar abad 8 M sudah dikuasai oleh anak dari Maharaja Syahriansyah Salman sang pendiri Kerajaan Islam Jeumpa, maka sangat tidak mungkin jika Kerajaan Haru yang dimaksud adalah di daerah Aceh besar. Sekian penjelasan sejarah Teluk Haru dan Kerajaan Haru oleh saya (Teuku Dahlan Shah), lebih dan kurang saya mohon maaf, jika ada yang ingin di tanya silahkan hubungi saya dan silahkan beri saran dan masukan dengan beradab dan sopan.

Penjelasan ini bersumber dari beberapa buku dan manuskrip serta arakata atau silsilah dari peninggalan terdahulu dan juga Zuriat yang di rangkum secara singkat dan jelas.

Bebas Copy Paste dan sertakan sumber, Terima Kasih.

Beri Komentar

Komentar Facebook

layananmandiri

Hubungi Aparatur Desa Untuk mendapatkan PIN

Statistik Penduduk

Lokasi Kantor Desa

Alamat:JL.KANTOR DESA DUSUN V T.HITAM
Desa : Sei Siur
Kecamatan : Pangkalan Susu
Kabupaten : Langkat
Kodepos : 20858

Peta Wilayah Desa